Senin, 25 Februari 2013

Bandung

Weekend kali ini ke Bandung. Memang kami jarang sekali ke Kota Kembang kecuali ada tujuan khusus. Kebetulan ada saudara yang baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki jadilah kami berkunjung tapi tetap destinasi selanjutnya adalah liburan.
Perjalanan kami mulai pagi hari, berangkat pukul 6pagi di hari Sabtu. Jalur menuju Bandung cukup padat dan disertai angin serta hujan sampai masuk tol Padaleunyi. Sempat mampir ke rest area demi kopi favorit kami dan tentu saja ilka.
Ilka sangat antusias dengan perjalanannya kali ini karena memang ini pengalaman pertama baginya melewati jalur yang mendaki dan menurun, dikelilingi lembah perbukitan dan kebun teh, serta dihiasi oleh indahnya jembatan rel kereta api yang banyak terlihat. Ilka suka sekali kereta api. Setiap melewati jembatan rel kereta: "Mimie, ada lagi ndak rel keretanya?" Pertanyaan itu selalu berulang-ulang.
Setelah menempuh perjalanan yang menyegarkan mata, kami tiba sekitar pukul 9pagi dirumah kerabat kami yang sedang berbahagia menyambut si kecil yang baru, di daerah Pasteur rumahnya, kebetulan cari alamatnya juga agak rumit. Kunjungan kami berakhir ketika sudah pukul 1siang, saatnya check-in.  

Malam ini kami akan menginap di salah satu penginapan di daerah setiabudi, letaknya jauh ke atas arah Lembang. Gumilang Regency hotel namanya, hotel bintang 4 yang didapat dari layanan agoda dengan harga yang cukup untuk kelas executive suite. Bandung memang dikenal dengan kota yang memiliki banyak jalan tikus, dari Pasteur menuju hotel, kami melewati daerah Gegerkalong, Sukasari, Polban dan tembus dekat Terminal Ledeng daerah Setiabudi.
Kesan pertama masuk ke dalam hotelnya, bukan bangunan baru tapi bersih dan terawat, bunga-bunga bermekaran, tanaman hijau, gemericik air mancur, dan banyak hewan peliharaan mulai burung, ayam, ikan, hingga monyet. Kamarnya pun luas dengan tempat tidur ukuran besar, sofa besar, tv flat, air conditioning, kulkas, microwave, brankas, shower yang dilengkapi air panas.
Masuk ke area outdoor playground anak, ada playset dengan perosotan, ayunan, jaring. Playground indoor terdapat banyak meja kursi plastik kecil layaknya ruang kelas playgroup, dengan alas mate karet dan aneka mainan. Kolam renang untuk anak pun dilengkapi dengan jacuzzi atau air panas, sayangnya sore itu sedang tidak berfungsi tapi Ilka tetap main air tanpa kedinginan padahal airnya sangat dingin sekali, saya saja 'makasih'. Ruang fitnes juga tersedia dsini.

Ketika malam menjelang, bergegaslah kami ke restoran hotel tapi sayangnya semua area restoran sedang disewa untuk keperluan keaagamaan sehingga kami dihadapkan dengan pilihan dining in-room atau keluar hotel. Pilihan menu untuk in-room dining kurang variatif maka diputuskan untuk keluar hotel. Awalnya hanya ingin mencari sekitaran hotel saja karena memang sudah larut tapi akhirnya kami diner di Kampung Daun.
Letaknya sekitar 5km dari hotel ke arah Lembang, naik ke atas dengan 2 jalur yang pas dan jalan yang kurang halus dan masuk ke area villa. dari hotel melewati Rumah Sosis, Fame Station, Balcony, Kampung Gajah, Sapulidi dan tempat hitz lainnya. Rasa jauh itu terbayarkan sudah ketika sampai disana. 
Kampung Daun, tempat parkiran yang seadanya, hanya tanah berbatu dan berkontur. Area dalam bagus sekali dihias dengan hiasan Go Xi Fa Chai, dominasi merah, hitam, dan kekuningan, biasan dari lampion yang menggantung di pintu masuk sampai ruang tunggu. Ternyata harus reservasi dan waiting list, 'pantas, ko banyak gazebo dengan banyak tempat duduk yang nyaman dan tertata indah, pikir saya'. Antrian nomor 4 itu rasanya lama sekali karena kebetulan sudah panggilan alam yang minta diisi. Semua itu hilang ketika masuk ke area restorannya. Damn! Bagus sekali. Masuk, disambut dengan wannabe person seperti patung, api unggun dari kayu bakar yang wanginya sangat khas, gemericik air, lilin serta lampu kekuningan yang membuat ambiencenya bertambah indah dan romantic.
Restoran ini berbentuk saung yang letaknya berjauhan, menambah rasa privasi itu sendiri. Tersedia kasur tipis dengan beberapa bantal dan guling, ketongan juga ada untuk memanggil pelayan. S-4 itulah nomor saung kami, Ilka tidur nyenyak disana ditemani alam malam. Menunya pun variatif dari local food sampai western. Pilihan kami adalah 2porsi Nasi Timbel Bakar Kampung Daun, Nasi Bebek Kampung Daun, dan 2 teh poci. Nasi timbel isinya variatif, nasi bakar daun, ayam goreng, sayur asam, lalap mentah, tahu tempe, teri kacang. Nasi Bebeknya terdiri dari setengah ekor bebek goreng, urap sayur, lalap mentah. Soal rasa termasuk yang cukup enak, bumbu yang medok, sambal yang pedas, dan daging bebek yang empuk. Gula batu dari teh pocinya sangat enak, tidak telalu manis, seperti permen. Harganya pun tidak menguras kantong, tanpa dikenakan tax service, total sekitaran 200rb. Worth it. Sekarang bisa pulang dan tidur dengan kesan.

Pagi hari tiba, waktunya berkemas sebelum waktu sarapan tiba, sebelumnya sudah berkeliling seluruh pelosok hotel dan hasilnya memang hotel ini tertata rapi dan bersih. Menu breakfastnya sangat variatif, nasi putih/goreng, kentang goreng, gurame saus orange, macaroni sauted, tumis keciwis, bubur ayam, dimsum, sayur/lontong, salad, sereal, roti manis/tawar/baguette, waffle, panekuk, omelet, semua ada, dicoba dan semua istimewa terutama isi panekuknya. Get shower and packing, sudah rapi semua, Ilka malah tidur lagi, yasudah, kami semua tidur lagi sampai Ilka terbangun, check-out, dan segera menuju Rumah Sosis.

Masuk ke Rumah Sosis dikenakan biaya masuk 3rb, masuk ke area permainan dikenakan lagi 3rb/orang, masuk ke permainan dikenakan biaya lagi tergantung dengan permainan apa yang dipilih. Disana ada berkuda, kolam renang, nai kereta api, flying fox, main sepeda, bom-bom car, kora-kora, dan rumah pohon. Ilka pilih rumah pohon, 30rb/anak dengan 1 pendamping, waktu memang tidak ditentukan tapi karena memang suasananya kurang menarik jadi hanya sekitar 15menit disana. Sayangnya, disana juga seperti kurang indah tamannya juga restroom yang kurang baik.
Segera menuju area restoran yang memang dikenal dengan sosisnya. Coba super bockwurst @20rb dan cheesy bockwurst @12rb, rasanya lumayan, daging dan kejunya terasa, kenyal dan empuk tapi tidak sepadat merk kanzler. Coba ice cake @15rb, rasanya natural dan sangat terasa susu, cepat dimakan karena mencair juga dengan cepat. Cheesy bockwurst kami jadikan sebagai oleh-oleh.

Cuss ke Kampung Gajah, tiket masuknya semua sama rata mulai anak bayi sampai dewasa @20rb, agak ga fair keliatannya, mobil @10rb. Disini ada banyak permainan car seagway, bom-bom car, trampolin, waterboom, naik delman, flying fox, dll. Ada banyak tempat makan dan juga factory outlet. Tiap orang dikenakan tiket terusan @200rb, memang banyak juga permainan yang bisa diikuti. Harga tiket ini termasuk waterboom. Tapi menurut saya, ini agak sedikit kurang worth it selain kurang menarik, banyak yang sepertinya terbengkalai dan kurang terawat jadi sepertinya konsepnya sudah bagus hanya kurang konsisten. Selain itu, jajan disini juga sedikit mahal. So, kami hanya sebentar disana yang penting sudah tau seperti apa disini.

Waktunya pulang ke rumah. See you on next vacation.
Total cost ke Bandung ini cukup, tergantung bagaimana cara berliburnya. Mau budget under 1jt bisa, budget under 2jt juga bisa. Happy weekend!

Teh Poci

Nasi Timbel Bakar

Nasi Bebek
Add caption



Super Bockworst


Waterboom 

Rabu, 13 Februari 2013

Fast Trip to Palangka Raya

Kota Palangka Raya atau Palangkaraya adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Kota ini memiliki luas wilayah 2.678,51 km² dan berpenduduk sebanyak 220.223 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 62,89 jiwa tiap km² (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Sebelum otonomi daerah pada tahun 2001, Kota Palangka Raya hanya memiliki 2 kecamatan, yaitu: Pahandut dan Bukit Batu. Kini secara administratif, Kota Palangka Raya terdiri atas 5 kecamatan, yakni: Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpit. Kota ini dibangun pada tahun 1957 (UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah) dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangka Raya merupakan kota dengan luas wilayah terbesar di Indonesia.[3] Sebagian wilayahnya masih berupa hutan, termasuk hutan lindung, konservasi alam serta Hutan Lindung Tangkiling.
Dengan banyaknya kemacetan lalu lintas di Jakarta, pada akhir bulan Juli dan awal Agustus 2010, muncul beberapa wacana untuk memindahkan Ibukota Indonesia ke Palangkaraya.[4][5] Luas Palangkaraya setara 3,6 x luas Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palangka_Raya


Day 1:
Palangkaraya is a quiet city and maybe never have a traffic problems, the opposite of Jakarta. Only 1 night there, from Saturday to Sunday. We took first flight from Jakarta to Palangka Raya with GA and arrived around 8am and directly to our first destination of Palangka Raya culinery. Nasi Kuning Kahayan near from Kahayan brigde. It was served with chicken and another menu like eggs, ati ampela ayam, fish cork, etc.
So, the primary agenda is the engagement our sister here. When it's wraped up, we slept to charge our energy for evening culinery. 
Our first dinner is Roast chicken and duck ala Borneo, taste different with The Duck King and so on. It was served with vermicelli bouillon soup. And second dinner is fried duck khas Jawa Timur with onion sambal, served like Bebek Slamet. Tasted very good for both.

Day 2:
Breakfast with the expensive porridge of Palangkaraya, called bubur Kartini. It served with roasted chicken and/or duck, spread with cakwe. It was cooked with angciu and ate with soy sauce also sambal.
Lunch with grilled river catfish (absolutely very big) and served with sayur asem and many stew vegetables.

We skiped Ketupat Kandangan because not have much time there. Ketupat kandangan served with smoked fish cork/ haruan.

 Herebelow the picture for food:
Ketupat Kandangan

Nasi Kuning Kahayan
Bebek Goreng

Ikan Patin Bakar














Kamis, 07 Februari 2013

Selasa, 05 Februari 2013

Hari Banjir Se-Jakarta!

Hari ini hari Kamis, 17 Januari 2013. Banjir yang paling parah selama hidup gw 26tahun di Jakarta. Akses dari rumah ke kantor (Bintaro-Bunderan Senayan) tidak ada hambatan banjir sama sekali, lancar, hanya mulai masuk Pakubuwono yang mulai padat kendaraan dan sudah banyak genangan air kira-kira semata kaki.
Sampai di kantor 9.10am, kesan pertama, sepiii banget kaya dateng sebelum jam 8pagi. Sampai jam 11siang juga masih sepi. Dan dari pagi mendadak jadi reporter banjir dan cari berita soal banjir ini yang sampai sekarang juga masih hujan gerimis sedang nanti sebentar terang sebentar gerimis deras. Berulang seperti itu terus.
Hampir seluruh wilayah Jakarta terendam banjir, mulai dari Bekasi, Kelapa Gading, Jatinegara, Bukit Duri, Sudirman-Thamrin, Pluit, dan lainnya banjir. Selatan relatif aman dan jauh dari banjir tapi jangan tanya kalo daerah pusat dan utara. Parah!
Parahnya lagi, ada 1 gedung di Thamrin yang basementnya (basement 1-3) ikut terendam banjir. Adalah UOB Plaza.
Berikut foto yang diambil dari dunia maya dan sosial media.

Bunderan HI