Kota Palangka Raya atau Palangkaraya adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah.
Kota ini memiliki luas wilayah 2.678,51 km² dan berpenduduk sebanyak
220.223 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 62,89 jiwa tiap km²
(hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010). Sebelum otonomi daerah pada tahun 2001, Kota Palangka Raya hanya memiliki 2 kecamatan, yaitu: Pahandut dan Bukit Batu. Kini secara administratif, Kota Palangka Raya terdiri atas 5 kecamatan, yakni: Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpit.
Kota ini dibangun pada tahun 1957 (UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah) dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangka Raya merupakan kota dengan luas wilayah terbesar di Indonesia.[3] Sebagian wilayahnya masih berupa hutan, termasuk hutan lindung, konservasi alam serta Hutan Lindung Tangkiling.
Dengan banyaknya kemacetan lalu lintas di Jakarta, pada akhir bulan Juli dan awal Agustus 2010, muncul beberapa wacana untuk memindahkan Ibukota Indonesia ke Palangkaraya.[4][5] Luas Palangkaraya setara 3,6 x luas Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palangka_Raya
Day 1:
Palangkaraya is a quiet city and maybe never have a traffic problems, the opposite of Jakarta. Only 1 night there, from Saturday to Sunday. We took first flight from Jakarta to Palangka Raya with GA and arrived around 8am and directly to our first destination of Palangka Raya culinery. Nasi Kuning Kahayan near from Kahayan brigde. It was served with chicken and another menu like eggs, ati ampela ayam, fish cork, etc.
So, the primary agenda is the engagement our sister here. When it's wraped up, we slept to charge our energy for evening culinery.
Our first dinner is Roast chicken and duck ala Borneo, taste different with The Duck King and so on. It was served with vermicelli bouillon soup. And second dinner is fried duck khas Jawa Timur with onion sambal, served like Bebek Slamet. Tasted very good for both.
Day 2:
Breakfast with the expensive porridge of Palangkaraya, called bubur Kartini. It served with roasted chicken and/or duck, spread with cakwe. It was cooked with angciu and ate with soy sauce also sambal.
Lunch with grilled river catfish (absolutely very big) and served with sayur asem and many stew vegetables.
We skiped Ketupat Kandangan because not have much time there. Ketupat kandangan served with smoked fish cork/ haruan.
Herebelow the picture for food:
Ketupat Kandangan |
![]() | |
Nasi Kuning Kahayan |
Bebek Goreng |
Ikan Patin Bakar |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar